NU Online
Seorang pemimpin, tokoh, propagandis dan pejuang seperti KH Abdurrahman
Wahid (Gus Dur) setidaknya harus memiliki tiga syarat penting, yakni
konseptor, organisator, dan komunikator.
“Sebagai seorang
konseptor dan organisator, Gus Dur tidak diragukan lagi kemampuannya,”
kata Abdul Waid pada diskusi bertemakan Membaca Gus Dur sebagai Manusia
Biasa yang dilaksanakan di aula Kampus Fiksi Yogyakarta, Jumat malam
(13/12).
Gus Dur, kata dia, sebagai seorang konseptor, tidak
diragukan lagi kelihaiannya dalam mengonsep berbagai kebijakan yang
berkeadilan, pro kemanusiaan, pro pembangunan, pro kebangsaan dan pro
kebebasan.
“Pun demikian, Gus Dur sebagai seorang organisator.
Gus Dur mampu mengorganisasikan berbagai macam organisasi dan menjadi
pengaruh luar biasa di dalamnya,” katanya.
Gus Dur, kata dia,
tidak hanya mampu mengorganisasikan kekuatan nasional di organisasi
pemerintahan, tetapi di organisasi non-pemerintahan seperti jam’iyah
Nadhlatul Ulama.
Setelah itu, Waid menyatakan bahwa identitas Gus Dur sebagai seorang manusia biasa dapat dibaca dari segi komunikator.
“Dalam kapasitasnya sebagai seorang komunikator, dari sinilah kelemahan
dan ‘kegagalan’ Gus Dur, sekaligus identitasnya sebagai seorang manusia
biasa bisa dibaca.
Gus Dur memang salah satu dari segelintir
tokoh yang kaya akan gagasan cemerlang, penuh ambisi tanpa tendensi.
“Tapi, justru Gus Dur memiliki kelemahan dalam komunikasi. Dari sinilah
yang kemudian gagasan-gagasan yang dilontarkan Gus Dur tidak bisa
dipahami secara utuh oleh masyarakat,” tandasnya
Diskusi yang dimulai pukul 08.00 WIB tersebut merupakan diskusi bulanan Garawiksa Institute Yogyakarta.
Menurut Masykur Arief Rahman sebagai Koordinator Diskusi, tema tentang
Gus Dur tersebut diambil dalam rangka menyambut haul Gus Dur yang ke-4.
(Rokhim/Abdullah Alawi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar