Minggu, 23 November 2014

Makalah Teori Psikologi

Share On Facebook ! Tweet This ! Share On Google Plus ! Pin It ! Share On Tumblr ! Share On Reddit ! Share On Linkedin ! Share On StumbleUpon !
BAB I
PENDAHULUAN
Psikologi pembelajaran  dalam dunia pendidikan sangatlah penting untuk difahami bagi pendidik untuk dapat melaksanakan proses pembelajaran yang arif dan berkualitas, hal ini untuk membantu pendidik memahami dan mendeskripsikan perkembangan psikologis maupun fosiologis Subyek didik. Pemhaman itu kemudian dijadikkan landasan menawarkan alternatif intervensi edukatif untuk membantu pengembangn potensi subyek didik secara maksimal melalui proses pembelajaran.  Terlebih lagi pada era sekarang ini, tantangan dunia pendidikan sangat besar, dimana  Subyek didik telah banyak terkontaminasi oleh pengaruh dunia luar yang dengan sangat mudah diperoleh dari Dunia maya. Tenaga pendidik dituntut lebih kreatif dan bijak dalam menghadapi dan mengarahkan Subyek didik  untuk dapat menyikapi dan memanfaatkan perkembangan zaman sesuai tujuan yang diharapkan.
Proses pembelajaran harus memadukan faktor-faktor yang ada dalam diri subyek didik disertai kemampuan guru untuk melakukan improvisasi dalam proses pembelajaran. Hal ini dimaksudkan untuk dapat menciptakan perpaduan harmonis penuh improvisasi dalam proses pembelajaran. 
·         RUMUSAN MASALAH
            Dari uraian diatas, permasalahan tugas kali ini dirumuskan pada :
1.      Apa pengrtian psikologi
2.      Bagaimana memahami psikologi pembelajaran
3.      Apa psikologi pendidikan dan psikologi
4.      Bagaimana Peranan psikologi dalam pendidikan

·         TUJUAN PEMBAHASAN
1.      Mengerti sejarah dan makna psikologi
2.      Memahami psikologi pembelajaran
3.      Memahami fungsi psikologi dalam dunia pendidikan

BAB II
PEMBAHASAN
Ø  PENGERTIAN PSIKOLOGI
Secara terminologi, Psikologi berasal dari perkataan dua suku kata Yunani yaitu “psiche” yang artinya jiwa, dan “logos” yang berarti ilmu pengetahuan.
Secara Etimologis,psikologi artinya “ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejala,proses maupun latar belakangnya.
            Umumnya, para pakar psikologi sepakat bahwa awal berdirinya ilmu psikologi modern adalah saat Wilhelm Wundt mendirikan laboratorium psikologi yang pertama di Universitas Leipzig,jerman pada tahun 1879. Wilhelm terkenal dengan sistematic psychologist dan seorang experimentalist [1].
            Dalam perkembangannya,psikologi menjelajah proses-proses kejiwaan mental manusia. Aliran behavioristik yang emperis, obyektif, dan selalu melakukan eksperimentasi, menjadikan bahasan psikologi lebih fokus pada kajian tentang perilaku atau tingkah laku yang tampak pada diri manusia[2].
            Perkembanagn psikologi yang begitu cepat pun masuk dan mendapat respon dari mahasiswa Islam. Banyak kaum muslimin yang mempelajari ilmu psikologi, dan bertemu dengan konsep-konsep yang dikembangkan oleh teoretikus psikologi barat. minimal ada tiga Fase persepsi mahasiswa islam terhadap psikologi barat, sebagai mana yang digambarkan oleh Malik Badri dalam “ Islamic psikology” :
·         Infantuasi , yaitu saat mhasiswa tergila-gila dengan teori dan teknik psikologi yang begitu memikat.
·         Rekonsiliasi, yaitu ketika mereka mulai mencocokkan dengan apa yang ada dalam Al Qur’an dan khasanah Islam Klasik tapi pada asumsi bahwa keduanya tidak bertentangan.
·         Emansipasi, ketika mereka sudah mulai kritis terhadap teori psikologi dan berusaha menggali konsep-konsep psikologi yang ada dalam Al Qur’an.

Ø  PENGERTIAN BELAJAR
Secara umum, belajar dapat diartikan sebagai suatu perubahan tingkah laku yang relatif menetap yang terjadi sebagai hasil pegalaman atau tingkah laku. Pengalaman adalah segala kejadian yang secara sengaja maupun tidak sengaja dialami setiap orang. Sedangkan latihan merupakan kejadian yang dengan sengaja dilakukan setiap orang secara berulang-ulang.
            Dengan demikian belajar bukan hanya kegiatan mempelajari  suatau mata pelajaran dirumah atau di sekolah secara formal, tetapi belajar juga merupakan masalahnya setiap orang . hampir semua kecakapan, ketrampilan,pengetahuan, kebiasaan, kegemaran dan sikap manusia terbentuk,dimodifikasi,dan berkembang karena belajar.
            Menurut pengertian psikologi,belajar merupakan proses perubahan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan –perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.
            Belajar ialahsuatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk mempereoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan. Menurut Arden N. Frandsen mengatakan bahwa hal yang mendorong seseorang itu untuk belajar antara lain sebagai berikut:
1.      Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas;
2.      Adanya sifat kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju;
3.       adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-teman;
4.       adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan koperasi maupun dengan kompetensi;
5.       adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman;
6.       adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari pada belajar. (Frandsen, 1961, p. 216).

Secara luas teori belajar selalu dikaitkan dengan ruang lingkup bidang psikologi atau bagaimanapun juga membicarakan masalah belajar ialah membicarakan sosok manusia. Ini dapat diartikan bahwa ada beberapa ranah yang harus mendapat perhatian. anah-ranah itu ialah ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor.

1.      Aplikasi Teori Belajar
Perkembangan teori belajar cukup pesat. Berikut ini adalah teori belajar dan aplikasinya dalam kegiatan pembelajaran.
1.      Teori Behaviorisme
Belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Perubahan perilaku dapat berujud sesuatu yang konkret atau yang non konkret, berlangsung secara mekanik memerlukan penguatan. Aplikasi teori belajar behaviorisme dalam pembelajaran, tergantung dari beberapa hal seperti tujuan pembelajaran, sifat meteri pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.
Aplikasi teori belajar behaviorisme menurut tokoh-tokoh antara lain :
a.       Aplikasi Teori Pavlov
Contohnya yaitu pada awal tatap muka antara guru dan murid dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru menunjukkan sikap yang ramah dan memberi pujian terhadap murid-muridnya, sehingga para murid merasa terkesan dengan sikap yang ditunjukkan gurunya.
b.      Aplikasi Teori Thorndike
 Sebelum guru dalam kelas mulai mengajar, maka anak-anak disiapkan mentalnya terlebih dahulu. Misalnya anak disuruh duduk yang rapi, tenang dan sebagainya.
Guru mengadakan ulangan yang teratur, bahkan dengan ulangan yang ketat atau sistem drill.
 Guru memberikan bimbingan, pemberian hadiah, pujian, bahkan bila perlu hukuman sehingga memberikan motivasi proses belajar mengajar.
c.       Aplikasi Teori Skinner
Guru mengembalikan dan mendiskusikan pekerjaan siswa yang telah diperiksa dan dinilai sesegera mungkin.
d.      Aplikasi Teori Humanistik
Belajar adalah menekankan pentingnya isi dari proses belajar bersifat eklektik, tujuannya adalah memanusiakan manusia atau mencapai aktualisasi diri. Aplikasi teori humanistik dalam pembelajaran guru lebih mengarahkan siswa untuk berpikir induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar. Hal ini dapat diterapkan melalui kegiatan diskusi, membahas materi secara berkelompok sehingga siswa dapat mengemukakan pendapatny masing-masing di depan kelas.
 Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila kurang mengerti terhadap materi yang diajarkan.Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterpkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
Guru yang baik menurut teori ini adalah :
 Guru yang memiliki rasa humor, adil, menarik, lebih demokratis, mampu berhubungan dengan siswa dengan mudah dan wajar.Ruang kelads lebih terbuka dan mampu menyesuaikan pada perubahan.
Sedangkan guru yang tidak efektif adalah guru yang memiliki rasa humor yang rendah ,mudah menjadi tidak sabar ,suka melukai perasaan siswa dengan komentsr ysng menyakitkan,bertindak agak otoriter, dan kurang peka terhadap perubahan yang ada.
1.      Perbandingan Teori Behaviorisme dengan Teori Humanisme
Beberapa perbandingan antara teori behaviorisme dengan teori humanistik yaitu :
a.       Teori behaviorisme
Teori :proses perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antara stimulis dan respon.
Tujuan :adanya perubahan tingkah laku pada peserta didik.
Metode :dibagi dalam bagian-bagian kecil sampai kompleks. Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan.berorientasi pada hasil yang dicapai, tidak menggunakan hukuman. Kekurangan :sentral,bersikap otoriter,komunikadi satu arah. Guru melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari siswa. Pasif, perlu motivasi dari luar, dan sangat dipengarihi oleh penguatan yang diberikan oleh guru,mendengarkan dan menghafal. Penerapan :pada mata pelajaran yang membutuhkan praktek dan pembicaraan yang mengandung unsur-unsur kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleks, daya tahan, dan sebagainya. Misal dalam: percakapan bahasa asing, mengetik, menari, olagraga,dll.
Guru :guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasiMurid melakukan sendiri apa yang menjadi instruksi dan melakukannya berulang-ulang sampai hasilnya baik.
Evaluasi :didasarkan pada perilaku yang dicapai sebagai hasil dari latihan yang dilakukan.
b.      Teori humanistic

Teori :belajar untuk memenusiakan manusia.Tujuan :menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan.
Metode :mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas ,jujur , dan positif.Kekurangan :terlalu memberi kebebasan pada siswa.Penerapan :materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan.
 Guru :member motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Siswa :pelaku utama (student center) yang memaknai poses pengalaman belajar sendiri Evaluasi :diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa.
Ø  Peran Psikologi Pendidikan Dalam Proses Belajar-Mengajar
Salah seorang ahli yang menganggap psikologi pendidikan sebagai subdisiplin psikologi terapan(aplicable) adalah Arthur S. Robert(1988), ia adalah seorang guru besar psikologi di Brooklyn Colleg University of New York City. Dalam pandangannya,psikologi pendidikan adalah sebuah subdisiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori dan maslah pendidikan yang berguna pada hal-hal sebagai berikut:
·         Penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas.
·         Pengembangan dan pembaruan kurikulum.
·         Ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan
·         Sosialisasi proses-proses dan interaksi proses-proses tersebut dengan pendayagunaan ranah kognitif.
·         Penyelenggaraan pendidikan keguruan
Dalam bukunya, Drs. Alex Subor, M,si.[2] mendefinisikan bahwa Psikologi Pendidikan adalah subdisiplin psikologi yang mempelajari tingkah laku individu dalam situasi pendidikan, yang meliputi pula pengertian tentang proses belajar dan mengajar.
Secara garis besar, umumnya batasan pokok bahasan psikologi pendidikan dibatasi atas tiga macam[3]:
  1. Mengenai belajar, yang meliputi teori-teori, prinsip-prinsip dan ciri khas perilaku belajar peserta didik dan sebagainya.
  2. Mengenai proses belajar, yakni tahapan perbuatan dan peristiwa yang terjadi dalam kegiatan belajar peserta didik dan sebagianya.
  3. Mengenai situasi belajar, yakni suasana dan keadaan lingkungan baik bersifat fisik maupun non fisik yang berhubungan dengan kegiatan belajar peserta didik.
Sementara menurut Samuel Smith, setidaknya ada 16 topik yang perlu dibahas dalam psikologi pendidikan, yaitu :
  1. Pengetahuan tentang psikologi pendidikan (The science of educational psychology)
  2. Hereditas atau karakteristik pembawaan sejak lahir (heredity)
  3. Lingkungan yang bersifat fisik (physical structure).
  4. Perkembangan siswa (growth).
  5. Proses-proses tingkah laku (behavior proses).
  6. Hakikat dan ruang lingkup belajar (nature and scope of learning).
  7. Faktor-faktor yang memperngaruhi belajar (factors that condition learning)
  8. Hukum-hukum dan teori-teori belajar (laws and theories of learning).
  9. Pengukuran, yakni prinsip-prinsip  dasar dan batasan-batasan pengukuran/ evaluasi. (measurement: basic principles and definitions).
10.  Tranfer belajar, meliputi mata pelajaran (transfer of learning subject matters)
11.   Sudut-sudut pandang praktis mengenai pengukuran (practical aspects of measurement).
12.   Ilmu statistic dasar (element of statistics).
13.  Kesehatan rohani (mental hygiene).
14.   Pendidikan membentuk watak (character education).
15.   Pengetahuan psikologi tentang mata pelajaran sekolah menengah. (Psychology of secondary school subjects).
16.   Pengetahuan psikologi tentang mata pelajaran sekolah dasar (psychology of elementary school).
Dalam proses belajar-mengajar dapat dikatakan bahwa ini inti permasalahan psikiologis terletak pada anak didik. Bukan berarti mengabaikan persoalan psikologi seorang pendidik, namun dalam hal seseorang telah menjadi seorang pendidik maka ia telah melalui proses pendidikan dan kematangan psikologis sebagai suatu kebutuhan dalam mengajar. Penguasaan guru tentang psikologi pendidikan merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai guru, yakni kompetensi pedagogik. Muhibbin Syah (2003) mengatakan bahwa “diantara pengetahuan-pengetahuan yang perlu dikuasai guru dan calon guru adalah pengetahuan psikologi terapan yang erat kaitannya dengan proses belajar mengajar peserta didik”
Guru dalam menjalankan perannya sebagai pendidik bagi peserta didiknya, tentunya dituntut memahami tentang berbagai aspek perilaku dirinya maupun perilaku orang-orang yang terkait dengan tugasnya, terutama perilaku peserta didik dengan segala aspeknya, sehingga dapat menjalankan tugas dan perannya secara efektif, yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.
Dengan memahami psikologi pendidikan, seorang guru melalui pertimbangan – pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat :
1.      Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat.
Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru akan dapat lebih tepat dalam menentukan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran.Misalnya, dengan berusaha mengaplikasikan pemikiran Bloom tentang taksonomi perilaku individu dan mengaitkannya dengan teori-teori perkembangan individu.
2.    Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai.
Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru dapat menentukan strategi atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami siswanya.



3.      Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling.
      Tugas dan peran guru, di samping melaksanakan pembelajaran, juga diharapkan dapat membimbing para siswanya. Dengan memahami psikologi pendidikan, tentunya diharapkan guru dapat memberikan bantuan psikologis secara tepat dan benar, melalui proses hubungan interpersonal yang penuh kehangatan dan keakraban.
4.      Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik.
Memfasilitasi artinya berusaha untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki siswa, seperti bakat, kecerdasan dan minat. Sedangkan memotivasi dapat diartikan berupaya memberikan dorongan kepada siswa untuk melakukan perbuatan tertentu, khususnya perbuatan belajar. Tanpa pemahaman psikologi pendidikan yang memadai, tampaknya guru akan mengalami kesulitan untuk mewujudkan dirinya sebagai fasilitator maupun motivator belajar siswanya.
5.      Menciptakan iklim belajar yang kondusif.
Efektivitas pembelajaran membutuhkan adanya iklim belajar yang kondusif. Guru dengan pemahaman psikologi pendidikan yang memadai memungkinkan untuk dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman dan menyenangkan.
6.      Berinteraksi secara tepat dengan siswanya.
Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan memungkinkan untuk terwujudnya interaksi dengan siswa secara lebih bijak, penuh empati dan menjadi sosok yang menyenangkan di hadapan siswanya.
7.      Menilai hasil pembelajaran yang adil.
Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan dapat mambantu guru dalam mengembangkan penilaian pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis penilaian, pemenuhan prinsip-prinsip penilaian maupun menentukan hasil-hasil penilaian



BAB III
Penutup.
A.Kesimpulan
Teori belajar humanisme dan behaviorisme memiliki ciri khas masing-masing. Teori belajar
 humanisme berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang perilakunya bukan sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah mambantu siswa untuk mengembangkan dirinya yaitu membantu masing- masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik & membantu dalam mewujudkan potensi- potensi yang ada pada diri mereka.Sedangkan teori belajar behavioristik merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antara stimulus dengan respons yang menyebabkan siswa mempunyai pengalaman baru. Aplikasinya dalam pembelajaran adalah bahwa guru memiliki kemampuan dalam mengelola hubungan stimulus respons dalam situasi pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat optimal.
Implikasi perkembangan teori pembelajaran sekarang sangatlah beragam. Guru dapat menerapkan menurut aliran-aliran teori tertentu. Seperti teori behavioristik dalam pembelajaran guru memperhatikan tujuan belajar, karakteristik siswa, dan sebagainya.
Sebagi objek sasaran dalam proses belajar mengajar adalah anak didik sebagai manusia individu yang memiliki perilaku, karakteristik dan kemampuan yang berbeda satu sama lain, maka dalam proses belajar mengajar, seorang pendidik perlu memperhatikan faktor psikologi karena pendidikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku yang diperolah melalui belajar mengajar, tidak dapat dipisahkan dari psikologi.
Guru sebagai pendidik/pengajar menjadi subjek yang mutlak harus memiliki pengetahuan psikologi sehingga proses belajar mengajar bisa berjalan dengan baik, setidaknya dalam meminimalisir kegagalan dalam menyampaikan mataeri pelajaran.




DAFTAR PUSTAKA

1.      Makalah BASOM Mata Kuliah Psikologi Pendidikan oleh Ev. Sang Putra Immanueal Duha, S.Th
2.      Psikologi Umum – Drs. Alex Subor, M,si
4.      Internet – Sumbangan Psikologi dalam pendidikan
5.      Budiningsih, Asri C. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
6.        Darsono, Max. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.
7.      [1] Murphy,1994: 151
8.      [1] Chaplin,J.P, Kamus lengkap Psikologi, Raja wali Pres, Jakarta,2001




[1] Murphy,1994: 151
[2] Chaplin,J.P, Kamus lengkap Psikologi, Raja wali Pres, Jakarta,2001

Author:

«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Copyright ©2016 Mahrus Salim • All Rights Reserved.
Template Design by BTDesigner • Powered by Blogger